Rabu, 13 April 2011

Diagnosa Penyakit disebabkan oleh Virus

          Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleatDNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. (
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
        Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan mahal. Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang, misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus. Biasanya proses ini dilakukan oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
 




Diagnosis Penyakit Tungro

             Tanaman padi yang terinfeksi dua jenis virus tungro akan menunjukkan gejala yang komplek. Apabila hanya terinfeksi oleh RTBV maka gejala yang ditimbulkan lebih ringan, sedangkan apabila hanya terinfeksi oleh RTSV maka tanaman tidak menunjukkan gejala. Secara visual, gejala penyakit tungro sering dikacaukan dengan penyakit yang disebabkan oleh virus yang lain atau akibat kekurangan unsur hara. Diagnosis yang benar akan menentukan ketepatan rekomendasi pengendalian dan bermanfaat dalam kegiatan survei penyakit tungro.
Terdapat beberapa metode diagnosis penyakit tungro, baik secara konvensional maupun modern. Metode diagnosis secara konvensional seperti teknik biologi sudah jarang dilakukan karena selain kurang akurat juga memerlukan waktu yang relatif lama. Metode diagnosis yang berkembang saat ini adalah teknik serologi dan hibridisasi asam nukleat. Metode diagnosis secara molekuler berdasarkan hibridisasi asam nukleat menggunakan PCR membuktikan bahwa bahan genetik yang diekspresi dan produk ekspresi gen dapat diisolasi.
              PCR merupakan salah satu teknik diagnosis secara molekuler dengan prinsip penggandaan DNA secara in vitro. Proses PCR berjalan berdasarkan cara replikasiDNA dengan bantuan enzim DNA polimerase dan perubahan sifat fisik DNA terhadap suhu yang terjadi secara simultan dari primer yang komplementer dengan DNA target. Diagnosis secara molekuler mempunyai spesifisitas tinggi terhadap patogen (genus, spesies, strain, patogen baru), akurat, efektif, dan efisien. Penggunaan teknik PCR dengan spesifik primer untuk virus tungro akan mempercepat proses diagnosis penyakit tungro dan menghasilkan data yang akurat.
Deteksi Virus Tungro 

                  Ketersediaan sumber inokulum merupakan faktor penyebab terjadinya serangan tungro. Eradikasi sumber inokulum pada tahap pascapanen sampai pratanam diperlukan untuk menekan sumber inkulum primer sekecil mungkin dan menghindari infeksi awal virus tungro. Selain berkembang pada ratun tanaman padi yang sebelumnya tertular tungro, virus tungro juga dapat berkembang pada beberapa gulma. Eradikasi gulma di areal pertanaman dan sekitarnya akan mengeliminasi perkembangan virus tungro dan menghilangkan tempat bertahan hidup vektor setelah tidak tersedia pertanaman padi.
                  Tingkat infeksi awal penyakit tungro ditentukan oleh populasi wereng hijau infektif yang migrasi ke pertanaman, sedangkan perkembangan selanjutnya ditentukan oleh tingkat infeksi awal dan kepadatan wereng hijau generasi pertama. Umumnya, gejala tungro belum muncul pada tahap persemaian, namun mulai terlihat pada 21-30 hari setelah tanam. Oleh karena itu, deteksi dini virus tungro pada ratun tanaman padi, gulma di sekitar lahan, persemaian, dan wereng hijau yang ada di wilayah tersebut harus dilakukan sebagai usaha antisispasi perkembangan virus tungro di pertanaman. Deteksi virus tungro pada persemaian dan wereng hijau menggunakan teknik PCR dengan primer spesifik untuk virus tungro, terutama RTBV,menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deteksi menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar